[ CERPEN ] Cerita tentang Maria

*Prakkkk*

Maria memegang pipinya yang seketika berubah warna menjadi merah. Tak disangkanya bahwa Pram, lelaki yang 5 tahun lalu berlutut meminangnya tega menyakitinya seperti ini. Sekarang Pram yang ia tau adalah seorang tukang pukul, bukan lagi seorang laki-laki hangat yang selalu memperlakukannya dengan kasih.
“Kau gila ! Kau yang bermain serong dengan pelacur itu dan sekarang kau yang menampar aku. Harusnya aku…  harusnya aku yang membunuhmu.” Teriak Maria dengan suara getir yang sudah bercampur dengan air matanya.
*Prakkkk* “Aku memang sudah gila, aku sudah muak denganmu”
Lagi, Pram melayangkan tamparannya, kali ini Maria terjatuh, hatinya begitu sakit hingga tak bisa lagi ia rasakan perihnya tamparan Pram. Baginya Tamparan Pram tak ada sakitnya dibanding dengan kenyataan bahwa Pram sudah muak dengannya.
Sekarang Desember dan di luar hujan lebat. Hujan seakan-akan adalah sedikit hadiah yang diberikan Desember kepada Maria agar tangisnya yang pilu tersamarkan dengan lebatnya suara hujan. Baginya hidupnya sekarat, Maria terus menangis, ia benar-benar tak bisa menghentikan airmatany. Tersungkur dengan wajah lebam dipukuli Pram, ingatan maria kembali pada 8 tahun lalu saat ia bersujud-sujud di kaki ayahnya agar merestui hubungannya dengan Pram. Keluarga Maria yang berasal dari keluarga berada tak pernah menyukai Pram yang hanya seorang pegawai rendahan. Maria sendiri kala itu begitu mencintai Pram, baginya Pram adalah segalanya. Pram yang bersahaja dan lembut ketika memperlakukan dirinya, Pram yang romantis dan Pram yang mengatakan bahwa tak ada hati yang ingin ditujunya selain hati maria. Dibuai cinta, pada akhirnya maria memilih kabur bersama Pram. Meninggalkan keluarga, meninggalkan pendidikannya demi menggapai cinta.
5 Tahun berjalan semuanya sangat Indah bagi Maria, Mereka sangat bahagia terlebih ketika di tahun pertama setelah menikah mereka langsung memiliki buah cinta. Setiap hari, pram bekerja dan Maria menjadi Ibu rumah tangga, melakukan pekerjaan rumah sembari menanti Pram Pulang. Anak mereka yang lucu tumbuh dengan penuh kasih sayang. Tapi semuanya berubah ketika tiba-tiba saja Pram di PHK dari tempatnya bekerja. Krisis global membuat banyak perusahaan memangkas jumlah para pekerjanya tak terkecuali diperusahaan tempat Pram bekerja. Sejak saat itu hidup bagai Neraka bagi Maria. Pram berubah menjadi pria tempramental karena tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Emosinya tak stabil dan kerap memukul Maria.  Pram juga akhirnya menjadi peminum dan penjudi. Maria begitu mencintai Pram. Cintanya yang begitu besar membuatnya berrtahan didalam Neraka yang diciptakan oleh Pram. Demi menghidupi keluarganya juga pada akhirnya Maria lah yang turun tangan mencari nafkah. 3 tahun dijalani Maria dengan terseok-seok. Penghasilan pas-pasan hanya cukup untuk makan sehari-hari. Maria tak pernah mengharapkan uang Pram, mau mengharapkan apa, sudah syukur kalau Pram tak mencuri uangnya. Demi buah hatinya Maria bertahan.
Tapi yang sekarang ini begitu menyakitkan bagi Maria, rasanya lebih sakit dari menerima kenyataan bahwa  kelurganya sudah tak mengganggapnya masih ada di dunia ini.
Sudah untuk kedua kalinya Maria menemukan bukti bahwa Pram berselingkuh dengan wanita lain. Yang pertama dari tetangganya beberapa minggu lalu. Bu Sumi, tetangganya itu mengatakan bahwa melihat Pram keluar dari motel murahan di ujung jalan dengan seorang wanita. Bukan main hancurnya hati Maria. Pram yang ditanyai malah memukulnya. Dan hari ini, ketika pagi tadi Pram pulang kerumah. Maria menemukan noda lipstick di baju suaminya. Dan hari ini kesabaran maria sudah berada diambang batasnya. Maria menampar Pram dan pertengkaran mereka pun pecah.
Maria masih segugukan tersungkur dilantai, Ia mengutuki hidupnya. Mungkin ini karma karna dulu telah menyakiti orangtuanya. Tapi ia tahu, Tuhan itu baik, Karma itu tak ada. Yang ada hanyalah akan menerima hasil dari benih apa yang sudah kita tanam.

         Pram meninggalkan Maria yang masih menangis dikamar. Di dapur, Pram menangis, airmatanya jatuh. Sudah lama ia tak menangis, terakhir kali saat ia berlutut untuk meminta restu kepada orangtuanya Maria. Pram memukulkan tangannya berulang kali ke dinding dapur. Berulang kali untuk menebus tamparan yang telah ia berikan kepada Maria, wanita yang paling dicintainya. Ia tak pernah suka menampar Maria. Tapi Pram harus melakukannya agar Maria pergi. Agar Maria Agar Maria meninggalkannya dan mencari kebahagiannya sendiri.. Tapi, Maria tak pernah meninggalkannya.Tak Pernah sekalipun. Sejak Pram kehilangan pekerjaannya dan tak bisa menemukan pekerjaan baru lagi karena latar pendidikannya yang rendah,  Pram sangat bersalah dengan Maria, ia merasa tak bisa membahagiakan Maria. Itu yang membuatnya berfikir jika Maria lebih baik pergi dan menemukan kebahagiaanya. Pram tau Maria begitu mencintainya dan tak mungkin meminta Maria pergi begitu saja. Ia tau Maria takkan mau. Itulah akhirnya yang membuat Pram melakukan hal-hal yang dibenci Maria. Tapi ternyata 3 Tahun menjadi pemabuk dan berjudi, Maria tak pernah meninggalkan Pram. Bahkan meski Pram kerap memukuli, Maria masih saja bertahan. Akhirnya Pram memilih untuk berpura-pura berselingkuh dengan wanita lain. Ia tau ini akan sangat menyakiti Maria. Tapi, ini mungkin satu-satunya cara agar Maria pergi.
“Mama… Kenapa nangis?” Tiba-tiba suara Dio anak mereka menggagetkan Maria. Maria segera menghapus air matanya.
“Tidak apa-apa sayang, Mama hanya sedang kurang enak badan. Kamu mau makan?”
“Iya Ma..”
Maria menuju dapur, disana ia melihat Pram sedang menghisap rokoknya. Sekilas ia melihat tangan Pram lebam membiru. Mengambil nasi dan lauk seadanya untuk dio, dia kembali ke kamar menunggui Dio makan. Setelah itu ia menemani Dio dikamar untuk tidur.
Dio sudah tertidur, Maria kembali lagi kedapur, Pram masih disana. Laki-laki ini bahkan tak sekalipun mengucapkan maaf, gumam Maria dalam hati. Tapi semuanya harus diselesaikan hari ini juga.
“Pram, maafkan aku yang tak bisa menjadi istri yang cukup baik untukmu hingga kau harus berselingkuh dengan wanita lain.”
Pram mendekati Maria “Maria, kita sudah tak bisa bersama lagi. Aku sudah tak mencintaimu. Kau harusnya pergi dan temukan kebahagianmu.”
“Kebahagianku adalah kamu, Pram. Maafkan aku…Aku tak bisa membiarkanmu dengan wanita lain”
AARRRGGHH, Seketika Pram mengejang. Pram merasakan darah mengucur deras dari  perutnya. Pram juga bisa merasakan tangan hangat Maria yang menikamkan pisau dapur itu keperutnya.
“Pram maafkan aku, aku mencintaimu.” Kata-kata Maria sebelum kematiannya Pram.
Diluar hujan kian deras, Maria menggali lubang dibelakang rumah mereka. Membuat lubang seadanya, Maria menyeret Pram ke galian yang dibuatnya, darah disepanjang jalan menciptakan genangan-genangannya sendiri. Maria mengubur Pram ditengah derasnya hujan. Airmata Maria mengiringi kepergian Pram, orang yang paling dicintainya.
“Pram, aku tak akan membuatmu menunggu terlalu lama”. Maria mengambil pisau yang tadi ia pakai untuk membunuh Pram dan kemudian, memotong urat nadinya. Maria kehabisan tenaga dan darah diatas kuburan suaminya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Anakku Dio,
Saat kau menemukan surat ini, Ibu dan Ayah sudah pergi sangat jauh.
Maafkan kami, yang pergi tanpa sempat berpamitan,
Aku terlalu mencintai ayahmu hingga tak bisa membiarkannya pergi sendiri.
Maafkan ibu yang tak bisa menjadi Ibu yang baik,
Tapi kau pasti mengerti betapa aku mencintaimu,
Nanti, Jika suatu saat kau merindukan Ibu,
Kau ingat saja bagaimana bau tanah seusai hujan,
Itu bauku sekarang

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top