Saengil Chukha Hamnida, Eomma !!
Tuhan itu baik, saya yakin kita semua sepakat soal itu. Pun termasuk memilihkan takdir bagi makhluknya, Dia sudah menetapkan apa-apa yang terbaik bagi setiap yang diberikannya kehidupan. Termasuk saya. Kalau ada hal-hal yang tidak saya sukai dari takdir hidup yang Tuhan berikan, kemudian saya akan dibuat malu kepada diri sendiri karna melupakan berkali-kali lipat hal yang saya sangat syukuri bisa saya terima dalam hidup. Salah satu yang terbesar adalah memiliki Ibu – yang sehari-hari kerap saya panggil Bunda. Bunda adalah satu dari hal terbaik yang saya miliki dalam hidup, memilikinya adalah anugerah tak terbantahkan yang Tuhan kirimkan khusus untuk saya. Tulisan ini saya hadiahkan untuk merayakan hari jadinya yang ke 51. Mengulang hari lahir untuk ke lima puluh satu kalinya saya yakin tidak akan selalu semeriah riuh kue tart cantik yang disuguhkan atau gegap gempita doa-doa baik yang dihaturkan oleh sanak saudara. Saya tau ada berkali-kali perjalanan tak mudah yang harus dilewatinya untuk sampai di titik ini. Once more, tanpa bosan mengucapkannya, bahwa sangat bersyukur memiliki beliau dalam hidup saya.
Bunda adalah orang yang
mengajarkan saya bahwa merayakan bahagia itu tak perlu dilakukan dengan cara
yang tak biasa atau menguras isi celana. Beliau selalu mengingatkan bahwa
bahagia itu sederhana. Sesederhana bisa makan malam bersama anak semata
wayangnya, sesederhana ketika anak perempuan satu-satunya bersedia menyisihkan
waktu untuk mencabuti rambut putihnya, sesederhana obrolan-obrolan kecil yang
kerap kami lakukan sebelum jatuh tertidur. Sesederhana itu. Meski kadang masih
sering kali terabaikan oleh saya.
Kalau ada pepatah yang
mengatakan, kasih ibu tak ada ujungnya, saya yakin itu benar adanya, terbukti
dari cara beliau yang selalu mengutamakan saya diatas segalanya.
Jika ada hal yang
paling sesali di sepanjang perjalanan hidup saya adalah ketika masa-masa dimana
saya begitu menorehkan luka di hatinya atas pilihan-pilihan yang saya sadari
terlambat bahwa itu salah. Masa-masa paling berat yang bahkan saya tidak menyangka
mampu bertahan melewatinya . Tapi sekali lagi, demi saya, dia melupakan luka
dan kecewanya yang begitu dalam dan memilih hadir untuk menguatkan saya.
Kini, saya hidup tak
jauh agar selalu bisa merawat dan membahagiakannya. Membantu menghapus luka
yang acap kali Tuhan berikan untuk menguji keikhlasannya. Karena kini bahagianya
adalah hadiah paling manis yang bisa saya doakan.
Kepada
Bunda,
Selamat
Ulang tahun (lagi). Terimakasih untuk tetap sehat hingga 51 tahun ini. Terimakasih
untuk cinta dan kasih yang begitu besar, untuk hati yang seluas samudra, untuk menerima
dan memaafkan segala salah, untuk telah menuntunku kembali saat kehilangan
arah, untuk menjadi sandaran paling kokoh saat aku hampir terjatuh, untuk tidak
lepas memelukku saat semua orang mendorongku,
Terimakasih
sekali lagi. Terimakasih untuk terus memegang tanganku tanpa pernah sedetikpun
melepaskan. Terimakasih telah menjadi Ibu yang luar biasa.
Aku
mungkin pernah menjadi anak yang lupa diri, tapi yakinlah hidupku kini untukmu.
Teruslah sehat dan jangan pernah lupa untuk selalu bahagia. Karna bahagiamu
adalah bahagiaku
Saengil
chukha hamnida, eomma. I love you to the moon and back.
0 komentar:
Posting Komentar