Selamat Hari Ayah, Papa.


Selamat Hari Ayah, Papa. Apa Kabarmu disana?
Hari ini dunia maya sedikit gempita. Semua membicarakan tentang ayah. Taulah aku kalau hari ini ternyata hari ayah. Tenang Pa, aku tak tau bukan karena aku tak perduli denganmu tapi karena aku tak mau hanya memilih satu tanggal untuk mengingatmu. Tapi, biarlah kita ikut juga dalam euphoria hari ini karena semua orang merayakan dengan caranya masing-masing. Teman-temanku, ada yang menulis bermacam status, tweet, personal message di berbagai media social untuk menunjukkan kecintaan mereka terhadap ayahnya, lalu pasti banyak juga yang sepagi tadi langsung menghambur memeluk dan mencium ayahnya untuk mengucapkan secara langsung. Ah.. aku iri pada siapapun yang sepagi tadi masih bisa memeluk hangat dan mendengar suara Ayahnya. Dan ya, sekarang aku memilih menulis ini untuk bisa sedikit merasakan kegembiraan perayaan hari ini, tentu dengan tak luput tetap mendoakanmu Pa.
Pa, sudah 6 tahun ya sejak kepergianmu. Waktu begitu cepatnya berlalu ya. Kalau kau masih disini, umurmu sudah 48 tahun sekarang, tapi percayalah berapapun usiamu dan seberapa besar buncit perutmu, kau masih tetap pria tertampan sedunia menurutku.
Pa, anakmu ini sudah besar. Sudah 20 tahun sekarang. Tak lama lagi bisa mengejar umurmu. Walau sudah besar begini tapi hobiku belum berubah. Papa Ingat, Hobi menonton kita ? Kita bisa berduaan movie marathon bergadang hingga pagi. Sampai sekarangpun aku masih melakukannya tapi sendirian karena bunda, seperti yang kita tau hanya sukanya sinetron. Itu tentu buka selera kita kan?

Pa, anakmu ini sebentar lagi sarjana. Sarjana Ekonomi. Seperti maumu yang pernah mengatakan bahwa aku akan berbakat dibidang ini. Semoga saja itu benar. Kalau dilancarkan, tahun depan aku sudah mengenakan toga. Tapi membayangkan nanti entah kenapa membuatku sedih. Ya, sedih karena mengetahui Papa tidak akan pernah bisa mendampingiku jadi Sarjana. Dan ini akan menambah tugas untuk bisa menemukan lelaki yang tepat bagiku yang akan menempati kursi undangan menemani Bunda mendampingiku nanti :D.
Mengingat sedikit yang dulu, aku selalu merindu saat kita berdiskusi, berdebat tentang banyak hal yang berakhir dengan aku yang selalu menyerah, tertawa begitu keras tentang hal-hal bodoh yang kita lakukan, kebersamaan kita yang singkat karena pekerjaan Papa di luar kota selalu kita habiskan bersama sesering mungkin, joget-joget gak penting, menemani Papa memperbaiki apapun yang rusak sambil bercerita tentang banyak hal karena seperti biasanya selama Papa diluar kota akan banyak peralatan rumah tangga yang rusak dan Bunda akan selalu menunggu Papa untuk memperbaiki, atau pada saat aku dan Papa yang diam-diam menghabiskan lauk-pauk tanpa pakai nasi, movie marathon hingga pagi, dan aku juga rindu saat- saat aku membelikan Papa rokok karena Papa memang pecandu berat rokok yang satu hari bisa menghabiskan 3-4 bungkus, biasanya aku akan membelikan rokok dan ditukar dengan Papa yang mengerjakan tugas Fisikaku, atau jika saat aku benar-benar tak punya uang lagi kita akan kucing-kucinggan mengambil uang Bunda demi membeli rokok karena biasanya dompet Papa akan diam-diam disimpan oleh Bunda karena Bunda tau Papa akan boros sekali membeli rokok. Pa, aku ceritakan satu rahasia, sebenarnya aku juga yang membantu Bunda menyimpan dompet Papa karena sebenarnya aku tak suka melihatmu merokok begitu candunya. Tapi, selalu seperti biasa aku juga yang membantumu mengambil uang Bunda karena aku suka tak tega melihat wajah tak bersemangatmu kalau sudah terlalu lama tak merokok. Aku benar-benar anak yang baik kan? :)
Pa, terlalu singkat kesempatan yang Tuhan berikan untuk aku bisa bersamamu, tapi aku menyakini bahwa Tuhan punya rencanaNya sendiri.  Dipisahkan oleh kematian tapi kau selalu hidup dan tinggal dihati anak, istri, keluarga dan semua orang mencintaimu yang selalu setia mendoakanmu.

Papa, selamanya kau tetap dan tak terbantah akan selalu menjadi laki-laki terhebatku.
Selamat hari Ayah, Papa.

Ps: Siang ini aku memilih menunda makan siangku dan menulis ini. Aku hanya ingin mengenang kita dulu. Pa, sampai kapanpun nanti, aku akan tetap selalu menjadi putri kecil yang selalu kau gendong ketika aku tertidur didepan TV. Tepatnya aku akan tetap menjadi putri kecilmu yang cengeng. Untuk yang satu ini aku belum bisa berubah. Masih saja cengeng. Menulis ini saja aku sudah menghabiskan banyak tisu, untung mascara ku tak luntur. Iya, putri kecilmu mu ini sudah bisa make up sekarang :)


CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top