Trennung




“Tidak akan ada yang bisa mencintaimu sebesar apa yang aku berikan padamu.” Ujarmu pada suatu saat kebersamaan kita. Kalau tak mengingat tentang hal-hal buruk yang sudah dengan mudahnya kau lakukan padaku, mungkin kalimat tadi akan menjadi salam perpisahan termanis yang pernah aku terima. Saat aku menulis ini, luka itu masih ada tapi sudah tak menggerogoti hati, tak lagi menyakiti. Mendengar namamu sudah tak seperti dentuman memekakkan telinga, mengingat mu sudah tak mampu lagi untuk mengembalikan luka.

Kalau kau fikir, aku hanya sedang memanipulasi hatiku, Kau bisa setengah benar, setengah tidak.                  Hanya satu hal yang aku pahami benar. Aku sudah memaafkan. Aku sudah berdamai dengan hatiku.
Untuk semua suka dan luka yang pernah saling di torehkan, aku menyerahkannya untuk menjadi guru kehidupan. 

Bahwa untuk tau benar sekali, seringkali kita harus mencecap salah berulang kali.

Kini,  Kisah itu sudah usai,                                                                                                                    Kisah yang telah menemui akhirnya bahkan saat belum sempat bermula.    
Untukmu, Aku sudah menutup lembaran akhirnya.
Hidupku tidak kamu lagi.

- Tapi jika ada satu hal yang patut disesali adalah karena aku merasa kita tidak melakukannya dengan baik. Bahkan, bukankah sebuah perpisahan pun harus tetap diucapkan dengan benar ? -


*Foto diambil disini

CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top