Berbagi cerita, Mengekalkan Kisah

Akhirnya saat-saat ini tiba juga, menjadi mahasiswa tingkat akhir dan harus segera bergegas menyelesaikan segala macam printilan-printilan kewajiban demi selembar kertas yang menorehkan kata lulus dan menyatakan tambalan baru dibelakang nama yang mereka sebut sebagai titel lalu sah menjadi seorang Sarjana Ekonomi.

What? Wait… Sarjana Ekonomi?

Am I really deserve for that?

Errrr……

Menyandang titel SE dibelakang nama, apakah aku benar sudah siap dan layak untuk itu? Sepertinya belum siap buktinya boro-boro menyandang titel SE atau mengenakan toga, mendapatkan judul skripsi saja masih seperti mimpi.

Sampai detik aku memposting blog ini, aku benar-benar masih dibalut kegalauan yang teramat sangat mengenai bahan skripsi yang akan aku ambil, padahal deadline sudah didepan mata. Sebenarnya aku sudah punya beberapa pilihan tapi kok ya masih bingung mau pilih yang mana. Terlalu banyak ide dikepala berakhir dengan malah tak menemukan apa-apa.*tepokjidat*.

Memikirkan judul skripsi membuatku merinding ~~naik bulu romaku lalu nyanyi dangdut~~ mengingat begitu cepatnya waktu berlalu. Perasaan baru kemarin kami berjejal-jejal naik ke truk terbuka tentara yang sengaja disewa pihak kampus, bermalam di kamp, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan senior (yang sok galak), berjalan dikolam lumpur dan malam perenungan, yang semuanya itu adalah bagian prosesi Ospek dan sekarang udah mau nyusun skripsi aja cyiiiinn…

Ah.. rasanya masih kemarin juga bagaimana aku memantapkan langkah kaki untuk mendaftar dikampus ini. Kenapa waktu itu kampus swasta ini yang aku pilih? Sebuah Sekolah Tinggi Ekonomi? Mungkin karena saat itu yang aku fikirkan hanyalah mencari kampus yang sudah dikenal baik kredibilitasnya dan memiliki waktu perkuliahan yang tetap karena aku berencana akan bekerja sambil kuliah. Dan kampusku, IBBI menawarkan itu, memiliki 2 waktu perkuliahan tetap ( pagi dan sore), tidak akan berubah sewaktu-waktu atas kemauan dosen seperti yang sering terjadi di universitas khususnya universitas negeri. Jadilah aku saat itu awalnya memilih perkuliahan pagi. 2 Semester kulewati dengan kuliah sambil bekerja sebagai SPG di siang harinya. Setahun menjadi SPG event berbagai produk aku rasa sudah cukup, jadilah disemester selanjutnya aku memilih perkuliahan sore demi mencari pekerjaan yang lebih menetap. Sempat berpindah-pindah dibeberapa tempat dan berakhir sampai sekarang ditempatku yang saat ini kurang lebih sudah 2 tahun, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang otomotif.

See? Waktu berlari begitu kencang, Tanpa pernah sekalipun menoleh apalagi berjalan mundur.

Yang Rasanya kemarin aku masih sibuk menjatuhkan surat lamaran disana sini, sekarang aku sudah harus mengejar dosen kesana kemari.

Cepatnya waktu yang berlalu memang tak perlu difikirkan alasannya, yang perlu difikirkan sekarang adalah….. MAU BUAT APA SKRIPSI KU MAK EEEEEEE ????????

Medan, November 2013

*Debby yang terbangun tengah malam sambil senyum-senyum setelah bermimpi mengenakan toga dan dinyatakan lulus cumlaude*

So, What’s Next? Ini adalah pertanyaan yang selalu aku tanyakan setiap kali memberi selamat seseorang yang tengah merayakan kelulusan. Entah kenapa, menanyakan itu menjadi kebiasaan belakangan ini, mungkin rasa penasaran dan ingin tau terhadap isi kepala mengenai rencana selanjutnya yang akan diambil setelah menyelesaikan satu tahap lagi dihidup mereka. You Know, I mean I just so interest to know what will they do after their graduation, rasa ingin tahuku ini juga mungkin disebabkan oleh “panic attack” yang melandaku dari waktu ke waktu menjelang persiapan skripsi ku tahun ini. Dan oh ya… juga karena aku senang mendengar banyak jawaban yang menarik dan beragam. Mulai dari jawaban-jawaban matang mencerminkan optimisme, atau jawaban-jawaban asal mencerminkan pesimisme. Tak jarang aku akan mendapati jawaban yang menginspirasi, Tapi tak jarang juga (sebenarnya yang ini cenderung lebih banyak) aku akan mendengar jawaban-jawaban gak penting yang akhirnya malah mengocok perut.

Seperti saat ini, beberapa bulan terakhir adalah musim kelulusan di berbagai kampus di kotaku, tak terkecuali di kampusku tercinta. Aku sendiri mengenal tak kurang dari 10 orang yang sedang merayakan euphoria kelulusan mereka dan 5 diantaranya adalah seniorku di kampus. Seperti biasa, sesudah menyelamati mereka, akupun kembali melakukan survei tak penting ini.

Penggalan wawancara

~~Notes: wawancara dilakakukan secara sadar dan tanpa paksaan dari pihak manapun. Jika terdapat kesamaan nama lokasi ……#halah~~

[ Narasumber 1 : lulus sarjana ekonomi di salah satu kampus swasta dikota medan tapi bukan kampus aku ]

Setelah bertegur sapa mengucapkan selamat berhahaha hihihi, tibalah dipertanyaan itu.

Me : “Cici*, terus rencana selanjutnya gimana ? lega banget dong ya udah selesai…” (*cici itu artinya kakak #sekedarinfoh

Her : “Iya deb, udah lega banget… pontang panting ngerjai skripsi akhirnya terbayar sudah, setelah ini mungkin akan cari kerja baru yang lebih sesuai bidang aja kali ya..

Me : “Wah, iya juga ya ci, sekalian suasana baru., semoga dilancarkan semuanya ya cici :D

[ Narasumber 2 : lulus sarjana komputer,3 bulan lagi ulang tahun,itu artinya AKAN ADA MAKAN GRATIS ]

Me : “Etjieeee….. yang udah jadi sarjana. Happy Graduation ya bang.”

Him : “Iya dekku syukur akhirnya selesai juga., makasih ya”

Me : “Bentuk syukur itu bisa ditunjukkan dengan traktir adeknya makan bang.”

Him : “Siapp dek… langsung aja kerumah jumpai mamak abang hahahaa

Me : …………………………………………………………………………. Hening sejenak

So, What’s next? Udah ada rencana apa setelah ini bg?

Him : “Nikah dek”

Me : ……………………………………………………Hening sejenak lagi “ummmm oke sip bg"

[ Narasumber 3 : kakak cantik nan keceh lulus sarjana hukum dari universitas negeri di Medan]

Me : “Happy Graduation Mba… *emot peluk*. Jadi SH juga akhirnya, so what’s next, mba? What will you do after this graduation?”

Her : “Ini lagi nyoba penerimaan di BUMN, sekalian mau persiapan juga buat sekolah lagi ambil Notaris, terus pertengahan tahun depan mungkin nikah. Doain lancar semua ya deb .”

Me : “Uwoooo, it’s so awesome

*dalem hati… “kok rencana kita samaan sih mba…” #tsaelahdeb #banyakgayalu

“Oleh-olehnya jangan lupa ya…” . Kalian pasti juga sering mendengar kalimat seperti itu kala hendak berpergian kan? Tak perduli kemanapun perginya, berapa lama, kepentingannya apa, seberapa dekat kalian dengan orang yang pergi itu atau mungkin kalian hanya sekedar basa basi, yang penting…… “Oleh-olehnya yaaa..”. Malah kadang kalau udah pulang, yang ditanyain duluan bukan kabarnya tapi…. “Oleh-olehnya mana? ” HAHAHA iya kannn? .. Fenomena ini membuat aku penasaran siapa orang yang pertama kali di bumi yang mencetuskan permintaan seperti itu, yang pertama kali ngomong “Oleh-olehnya jangan lupa ya….” Tapi menurut pengamatankku pastilah orang pertama ini tidak berasal dari Barat. Tapi ini hanya sekedar pengamatan sok tau ku, hanya karena jarang sekali aku melihat para turis bule-bule itu menenteng banyak belanjaan dari tempat-tempat belanja oleh-oleh. Pastilah orang pertama ini berasal dari Timur, atau bahkan mungkin memang berasal dari Indonesia ku tercinta ini. Who knows? Tapi, siapapun dia.. YOU ROCK !! gile aja gitu jargonnya bisa jadi mendarah daging turun menurun. HAHAHA.. *ketawa enak*. Tapi, secara pribadi sih, aku gak pernah bermasalah sama orang yang ngomong seperti itu setiap aku akan berpergian. Kalau emang ada rezeki lebih seru juga kan bisa berbagi. Tapi kalau pas pergi yang ternyata tidak ada rezeki lebihnya yah paling entar pulang senyum-senyum meringis aja :D.

Jadi sewaktu di Bali kemarin, kami sempat mendatangi beberapa tempat pusat perbelanjaan oleh-oleh. Semuanya tempat-tempat yang seru karena berhasil menipiskan dompet-dompet kami. Berikut sedikit cerita-ceritanya..

Pasar Sukawati

“Kalungnya satu 5000 ya buk?” “Jangan gitu amat nawarnya dek, asalnya darimana sih?” “Namanya juga usaha,buk. Saya dari Medan” Ibunya gak jawab lagi, mungkin dalem hati bilang “oooh pantes gitu banget nawarnya.” Hehehee secuil percakapan saat tawar menawar di Sukawati. Tapi emang mesti gitu sih, namanya juga belanja di Pasar. Kalau gak pinter-pinter nawar emang harganya kadang suka gak masuk akal. Sukawati sendiri adalah salah satu pasar oleh-oleh terbesar dan terlengkap di Bali. Berlokasi di Kabupaten Gianyar, Bali. Semua jenis oleh-oleh khas Bali ada di Sukawati. Harganya juga murah-murah kalau pinter nawar dan belinya banyak. Disarankan datang ke Sukawati pagi atau siang, jangan datang terlalu sore karena jam 5-an sudah banyak toko yang tutup.

sukawati-foto minjem dari sini

Joger

Toko Joger terletak di Kuta. Kata Joger sendiri diambil dari perpaduan nama sang pemilik, yaitu Joseph Theodorus Wulianadi dengan sahabat karibnya yang bernama Gerhard Seeger. Toko oleh-oleh yang satu ini terkenal dengan ciri khas kata-katanya. Itu karena kata-kata unik nan nyeleneh yang ada disetiap produk-produk yang mereka jual seperti baju, sendal, sepatu, tas dan berbagai jenis aksesoris. Tapi sih ya, buat kantong-kantong mahasiswa kayak kita gini, belanja disini gak asik. Gak asik karena harganya kurang bersahabat, gak bisa pake acara nawar lagi. *puk puk dompet*. Jadilah niat belanja banyak akhirnya diurungkan.

penampakannya kira-kira gini, foto minjem di sini

Saya hadir lagi :D *lambai-lambai tangan*. Kali ini mau cerita sedikit tentang beberapa pantai yang kemarin sempat disinggahi sewaktu di Bali. Kami, 5 gadis ayu nan menggemaskan terdiri dari Debby, Fitri, Zheris, Una, Juli ditambah Triadi, satu lajang yang mengaku kece sudah ~~seiya sekata~~ sepakat untuk ke Bali kali ini bisa bercumbu dengan banyak pantai.

Baiklah tak perlu panjang-panjang kalimat pembuka ini, karena semakin panjang hanya akan membuat perut semakin lapar, benar tidak ? *Suara aa Gym*.

Tapi mohon maaf sebelumnya untuk hasil-hasil foto yang tidak begitu ciamik dan beberapa foto juga hasil minjem dari sana sini, dikarenakan keterbatasan alat yang digunakan, keterbatasan waktu dan keterbatasan keinginan untuk mengambil foto itu sendiri dikarenakan anak-anaknya semua lebih seneng ngelamunin patjar masing-masing di tepi pantai daripada disuruh moto-moto. #alesyan #EmangGakPinterMoto.

Pantai Kuta

Jadi, dari kabar yang tersiar, Pantai Kuta adalah pantai yang paling tersohor di pulau yang tersohornya lebih tersohor dari negaranya sendiri. #LaluBingung. Berlokasi di Kab. Badung, Kuta. Di Pantai Kuta sendiri kami memilih menghabiskan waktu hampir seharian dengan tujuan ~~mengenal lebih dalam satu sama lain~~ untuk bisa menikmati Kuta sepenuhnya. Masuk ke Pantai Kuta sendiri gratis kecuali biaya parkir untuk yang membawa kendaraan. Banyak hal yang bisa dilakukan disini mulai dari surfing, berenang di Pantai, sekedar goler-goler cantik dan lainnya. Atau dapat melakukan seperti yang kami lakukan, membuat tattoo temporary, atau seperti si Zheris yang lebih memilih melakukan manicure-pedicure *udah berasa di salon ya makk*. Memang, disepanjang Pantai Kuta banyak sekali seniman-seniman jalanan yang menawarkan membuat tattoo atau ibu-ibu yang menawarkan manicure-pedicure, kepang bali atau pijat-pijat cantik. Untuk harganya sendiri cukup terjangkau yang penting pintar-pintar menawar. Sisa waktu berikutnya dihabiskan dengan ~~tebar pesona dengan bule-bule tampan~~, menikmati cemilan yang dijajakan para penjual, main-main di tepi pantai sambil menunggu sunset kece.

sunset di Kuta

ki-ka.una-tri-pitbow

iya.. kita tau bibirmu sekseh je...

2 Pantai Padang-Padang

Pantai Padang-Padang belakangan terkenal sebagai salah satu lokasi pembuatan film Eat, Pray, Love. Padang-Padang Beach sendiri berlokasi tidak jauh dari GWK . Menurut ku Pantai Padang-Padang ini lebih ciamik, lebih bersih dibanding Pantai Kuta. Pengunjungnya juga tidak seramai di Pantai Kuta. Hanya saja untuk bisa menikmati Pantai ini kita harus rela menuruni tangga yang semakin ke bawah semakin sempit dan licin, juga harus ikhlas untuk menaikinya lagi ketika akan pulang *elap keringat*. Yang menjadi khas dari Padang-Padang adalah banyaknya tebing-tebing indah menjulang tinggi mirip seperti Pantai Dreamland dan juga sebagai bonus disini lebih terpampang nyata bule-bule sekseh nya #salahfokus . Lalu apa yang kami, dara-dara menggemaskan ini lakukan disini? Kami menghabiskan sore hanya dengan goler-goler dan minum es kelapa muda segar :D. Wanna?

tangga menuju Pantai. Foto minjem di sini

Holaaaa. Kali ini izinkan aku untuk mereview penginapan yang kami pilih ketika liburan di Bali beberapa waktu lalu. Jadi liburan ke Bali kali ini dipersembahkan oleh 5 Gadis-gadis lucu nan ayu + satu lajang ~~yang juga ayu~~ tampan. Rencananya kami akan 6 hari berada di Bali. Dari awal kami sudah sepakat untuk mencari akomodasi semurah mungkin tapi tetap nyaman . Hampir semuanya dari kami baru pertama kali ke Bali jadi menemukan penginapan yang murah tapi tetap nyaman sangat penting dan Penginapan yang dicari haruslah penginapan dimana kami bisa menuju ke Pantai Kuta dan ke Legian hanya dengan jalan kaki. Pantai Kuta yang tersohor dan Legian yang terkenal dengan kehidupan malamnya. Iya Jalan Kaki. Demi menghemat biaya transportasi seperti menyewa sepeda motor :D. Walaupun Beberapa teman sudah menyarankan untuk tidak menginap disekitaran Legian karna kebisingannya di malam hari tentu akan sangat menggangu. Sebulan sebelum berangkat aku sudah melakukan pendekatan dengan ~~John Mayer~~ Mbah Google secara intens, ngebrowse sana sini demi mendapatkan penginapan murah meriah tapi gak muntah :D . Ngubek-ngubek TripAdvisor untuk baca-baca review. Blog walking ke Para temen-temen Blogger yang berujung malah bikin tambah bingung. Ada penginapan yang bagus + murah tapi lokasi nya di Denpasar, Ada juga penginapan yang murah banget, lokasi di Kuta, free breakfast tapi review dari sana sini mengecewakan. Atau penginapannya murah, lokasinya di Kuta, tapi Kutanyaaaaaaa entah kuta bagian mana yang jika mau ke Pantai Kuta tetap harus menggunakan sepeda motor kalau tidak mau betis berubah jadi sekeras broti. Selebihnya adalah Hotel-hotel yang sebenarnya sudah sesuai dengan criteria yang dicari seperti hanya butuh jalan kaki ke Pantai Kuta atau Legian, free breakfast dan berbagai fasilitas tambahan lainnya. Tapi tentu semua itu sangat tidak sesuai dengan kantong anak-anak mahasiswa ini. Jadilah semua Hotel disepanjang Kuta dicoret dari List “Penginapan yang Terpilih” dan setelah melakukan pencarian yang cukup alot, kepala juga sudah mulai mengeluarkan asap tanda menyerah. Aku memutuskan mempersempit pencarian. Tidak lagi mencari Hotel atau penginapan di seluruh area Kuta tapi hanya focus pada penginapan yang ada di Poppies Lane. Iyak. Jln. Popies Lane yang sudah sangat tersohor namanya di kalangan para backpacker local dan mancanegara sebagai surganya penginapan murah di Bali. Akhirnya mulai lah aku membuat list penginapan-penginapan yang ada di Poppies 1 dan Poppies 2, dan yakkk ternyata banyak juga cyinnnn, dihitung ada kali 50-an hostel, losmen, homestay atau apapun lah mereka menamakannya dengan rate yang hampir sama semuanya.Murah. Dan hanya memilih satu diantara semuanya manalah mungkin gampang. Untuk menerima atau engga ajakan nge-date aja gak sepuyeng ini. Beneran deh. Ditambah lagi sedikitnya orang sekitar yang bisa memberikan rekomendasi menjadikan proses pemilihan ini berjalan semakin alot lebih alot dari pemilihan kepala lingkungan baru di lingkungan rumahku.

Langganan: Postingan ( Atom )

Berbagi cerita, Mengekalkan Kisah

Salah Siapa ?

.......

Celoteh (katanya) Calon Sarjana

So, What’s Next ?

Belanja Oleh-Oleh di Bali

Pantai-Pantai Keceh - Bali

Review Suka-Suka "Mahendra Beach Inn" Bali

About Me

Arsip Blog

Blog Walking

Hits

Labels

About Me

Popular Posts

Arsip Blog

Blog Walking

Hits

Labels